-->

Sayangku - Kaulah Mimpiku



Kaulah mimpiku dan kaulah warna yang selalu menghiasi hari ku.

Kaulah melody yang selalu mengiringi setiap langkahku.

Kau bagai taman bunga yang tak pernah layu oleh waktu, terus bermekaran dengan indahya dalam taman jiwa dan raga ku.

Kaulah siang dan malam ku, semangat hidupku, lentera hatiku.

Walau dalam gelap malam tanpa sang bulan dan bintang yang menerangi, walau dalam hujan badai yang gelap nan menakutkan.

Kau selalu ada untukku, menemaniku, menghangatkan aku dengan kasih dan sayangmu.

Belaian lembutmu di setiap lelahku, seakan menyihirku dalam mantra terhebatmu, hanya dengan senyum dan perhatianmu lelah ini, penat ini, jenuh ini , emosi ini tergantinkan dengan rasa tenang, nyaman, damai, seakan tiada beban dalam hidup ini.

Tapi..., sedihmu adalah sakitku, tangismu adalah sekaratku.

Tak mampu aku melihat semua itu, karena kaulah segalaku, karena kau bagian dari hidupku, seluruh jiwa dan ragaku.


Sebelum nafas terakhir ku hembuskan, aku akan menjagamu, melindungimu, menghapus sedih dan tangismu seperti kau menghapus sedih dan tangisku.


Sayangku.

Teman, Teman Palsu atau Teman Sejati



Hai guys, ketemu lagi sama gue. Gue mau tanya nih, menurut lo teman itu seperti apa sih bagi lo? Teman itu bisa di jadikan teman sungguhan apa hanya sekedar teman yang lo cari saat lo butuh dia? Apa hanya teman karena lo kenal doank terus lo bisa manfaatin dia, padahal dia mencoba selalu baik sama lo?.*Terdengar sangat jahat sekali yeee…

Gue gak ngerti, sebenarnya teman yang baik itu seperti apa dan kita harus melalakukan apa sama dia agar menjadikan kita teman sungguhannya. Benar – benar teman yang bisa saling mengisi satu sama lain, tak ada rasa iri atau dengki sesama teman. Tidak saling menusuk dari belakang pastinya, menancapkan belatinya tepat di jantung kita agar sakitnya itu semakin dalam.


Hah… gue gak habis pikir dengan semua itu. Padahal banyak orang tua dulu bilang teman itu susah di cari dari pada mencari musuh. Iya bukan? Kenapa di saat kita punya teman tapi kita hanya bisa memanfaatin mereka, apalagi untuk menyakitinya.

Bukan masalah pacar doank yang sebenarnya kita permasalahin, tanpa teman lo mungkin gak bisa dapat pacar. Pikir aja, awal pertama kali ketemu sama gebetan pasti lo mencoba untuk menjadi teman dulu untuk mendekati dia, terus mencari tahu tentang dia. Kalau cocok lo pasti bakal ngelanjutin ke tahap selanjutnya, iya… nembak dia. Tapi sebaliknya, kalu lo ngerasa gak cocok ma dia pasti lo bakal berusaha ngejahuin dia lagi.

Ok… sekali lagi gue gak paham semua ini. Apa hanya gue yang berfikiran seperti ini? Atau mungkin lebih parah dari yang gue pikirkan saat ini. Atau mungkin sebaliknya bahkan lebih indah dari semua yang gue jelaskan tadi, tapi gue pikir lo nemuin dia 1 diantara 1jt orang di dunia ini yang bisa lo anggep teman sejati atau sebaliknya diapun menganggapnya begitu ke lo. Yah mungkin seperti mencari jarum dalam jerami, pahamkan yang gue maksud.

Apa lagi di zaman yang perti ini, teman yang bisa di beli dengan uang, tapi emank sih gak bakal tahan lama. Ya iyalah.. kalo duit lo abis yaudah mereka cari yang duitnya banyak lagi dan lo bakal di tinggal sama mereka yang gila akan harta. Padahal menurut gue, harta itu bisa di cari dimanapun, tapi kalo teman sejati itu susahnya mintak ampun. Banyak teman palsu yang mencoba memanfaatkan kondisi dan situasi seseorang. Berpura – pura baik di depannya padahal busuk di belakangnya.

Fuh… terus kita harus gimana untuk mengatasi itu semua. Gue juga belum tahu jawabannya, kalo lo tahu mungkin bisa kasih tau gue. Apakah kita harus diam acuh tak acuh dengan semua itu asal kita bisa memiliki teman walaupun dia teman palsu, atau kita memang harus mulai mencari teman sejati yang bisa menerima kita apa adanya.

Kan… apa gue bilang, bukan hanya pacar yang bisa terima kita apa adanya tapi teman juga begitu. Hm… sebenarnya pacar itu di khususkan untuk bersenang – senang sih, kan masih pacaran belum nikahan. Kalo nikahan baru itu serius, jadi kalo diputusin jangan sedih atau marah ya, kan cuma mainan, cuma senang – senang. Iya toh? Terus mau apa lagi? Pikir lagi dah.


Membicarakan tentang seorang teman memang tak ada habisnya, dari mulai hal terbaiknya sampai terburuknya seorang teman. Mungkin seratus atau beribu – ribu lembar tak akan cukup untuk membahasnya. Mungkin ini dulu awalan pembahasan tentang teman, teman palsu atau teman sejati. Yah mau pilih dan cari yang mana itu terserah lo lo pada. Trimakasih dah baca celotehan gue yang gak jelas ini, yang pasti gue mengalami semua ini dan sedang mencari teman sejati gue.

Salam Si Bocah Lali Omah, sampai ketemu di celotehan selanjutnya.




Aku Mencintai Mu, Sahabatku!




            Begitu banyak bintang di langit hanya satu yang paling bercahaya, begitu banyak wanita yang cantik di dunia ini hanya kamu yang aku suka. Mungkin itulah perumpamaan buat cintaku padanya, hanya saja tak pernah bisa aku ungkapkan padanya. Bukan karena aku tak mampu tapi karena dia sudah memiliki seseorang yang bisa membuatnya lebih baik dari pada dengan ku. Walaupun aku tahu dia belum jadian dengan seseorang itu, namun hati ini menciut ketika mendengar dia bercerita tenntangnya dan selalu ada senyum di wajahnya. Aku tak tega menghapus keindahan dan kebahagiannya itu hanya karena keegoisan ku ini, karena dia juga adalah sahabatku.

Ya, aku jatuh cinta pada sahabatku sendiri. Entah sejak kapan perasaan itu muncul, tapi semakin lama aku bersamanya benih – benih cinta itu muncul. Apalagi ketika beberapa teman ku tahu bahwa aku menyukainya, walaupun diantara kita menanggapinya hanya dengan lelucon tapi serus bagiku yang telah jatuh hati padanya.

“Mengapa harus dia yang aku cinta, kenapa bukan orang lain saja… arghhh…” Gumamku dalam hati. Sesak hati ini ketika memfikirkannya setiap malam seakan membuatku gila sendiri, bingung dan pada akhirnya akupun tertidur dalam lelah.

Di lorong kampus aku berjalan menuju kelas dan berharap pagi ini tidak bertemu dengannya, tapi… “Pagi Sob… Semangat - semangat… Eh, kamu kenapa pagi – pagi kok dah cemberut gitu sih? Ada masalah?... Cerita donk Sob…” Tanya Lia padaku di kala hati ini sedang kalut karena memfikirkannya.

“Eh… Iya… gak apa – apa kok Sob… Aku baik baik saja kok, nih senyum…” Sambil menunjukkan senyum palsu padanya agar tidak membuatnya khawatir dan karena aku tak ingin dia tahu perasaanku yang sebenarnya padanya. Walaupun batin ini menolak tapi apa daya takdir belum memihak pada ku.

“Nha gitu  donk sob… Yaudah yuk ke kelas…”. “Yuk..” Balasku dengan sedikit berat hati. Kamipun menuju kelas bersama – sama.

Seperti biasa, ketika kami bersama pasti ada hal seru yang terjadi. Walaupun terkadang hanya obrolan ringan yang terkadang tidak jelas tapi bagiku itu seru karena Lia memang anak yang periang dan asik ketika di ajak berbicara. Akupun melupakan sedikit kegundahanku karena senyumnya itu, mungkin karena itu juga aku mulai ada rasa padanya.

Sempat dulu pernah ku nyatakan cintaku padanya, tapi apa yang aku dapat? Nothing. Karena dia menganggapnya hanya bercanda, memang sih kita sering bercanda tapi sebenarnya waktu itu aku sedang serius dan akhirnya Lia dan aku pun mulai melupakan itu dan menjalani hari – hari seperti biasa. Maka dari itu, untuk menyatakannya lagi itu terlalu berat buatku. Mungkin nanti ketika waktu sudah berpihak ke padaku.

Layaknya daun yang berguguran di musim semi, di saat semua daun benar – benar habis dari tangkainya maka akan diganti dengan tunas daun yang baru. Ketika cintanya berakhir dengan yang di sana maka aku akan mulai masuk kedalam hatinya, mungkin seperti itulah tapi kapan?. Tidak tahu, biar waktu yang memutuskan semua itu.

“Dhan… ngapain kamu bengong gitu, di pojokan kelas lagi? Lia mana? Biasanyakan sama kamu?...” Tanya Franky padaku, teman yang selalu menjahiliku tapi dia selalu ada ketika aku butuh bantuannya, dan dia juga yang tahu rahasiaku bahwa aku punya rasa pada Lia.

“Heh… Gak apa – apa Frank… Biasa meditasi… Hahahaha… ” Seperti biasa senyum dan canda palsu ku tunjukkan padanya agar tidak ketahuan kalau aku lagi kalut alias galau.

“Ah yang bener Dhan…?” Tanya Franky tidak percaya. “Iya… Aku rapopo… Hahahaha…” Jawabku singkat.

“Ya sudahlah… Nanti sepulang ngampus ada acara gak? Main yuk…?” Ajak Franky. “Gak ada kok… Ayo dah sip…” Jawabku cepat. Lumayan buat sedikit refreshing dari masalah yang sedang menyelimutiku ini.

***
Siang berganti malam, malam berganti siang. Hari demi haripun terlewati seperti biasa. Hari menjadi bulan dan bulanpun menjadi tahun, hingga tak terasa kami sudah di wisudah dan bersiap untuk menjelajahi dunia pekerjaan.

Lia yang sudah jadian dengan seseorang yang pernah dia ceritakan dulu, bahkan sudah berjalan dua tahun lebih, begitu juga teman – temanku yang lainnya. Banyak yang telah berubah, tapi hanya satu yang tidak berubah adalah persaanku kepadanya, Lia sahabatku.

“Yeee… Akhirnya kita lulus Sob…” Celoteh Lia dengan senyum lebarnya dan tanpa sadar ternyata aku di pelukknya erat. Aku sudah sering di peluknya, tapi hari itu pelukannya terasa sedikit berbeda dari yang biasanya. Entah apa yang terasa berbeda, ku pikir itu hanya pelukan biasa tapi semakin lama Lia memelukku dan aku mencoba untuk melepaskannya tapi Lia tidak mau untuk melepasnya.

Beberapa saat ku mulai mendengar isak tangis di dekat ku, ternyata Lia. “Lia… Lia… Kamu kenapa?...” Tanyaku bingung karena dia mulai menangis tak tertahankan dalam pelukannya pada ku.

Tulang yang selalu menyanggah jiwa dan raga ini seakan remuk tak beraturan ketika melihat sahabatku dan orang yang aku cintai hingga saat ini walupun aku belum bisa mendapatkan hatinya. Ku yang tadinya ingin melepas peluknya langsung ku urungkan dan mulai ikut memeluknya lagi.

Tanpa kata, aku mengerti apa yang terjadi. Dalam diammu aku memahami apa yang sebenarnya terjadi, dan dalam tangismu aku turut merasakan apa yang kamu rasakan. Seakan jiwa ini menyatu dengannya. Pada akhirnya Lia sedikit tenang dan aku pun mengajaknya jalan – jalan agar rasa sedih itu tidak terus menyelimutinya.

Dalam perjalanan kami menuju taman bermain malam yang berada di tengah kota Lia masih terlihat sedih hingga kita sampai disana dan muali bermain di wahana – wahana yang di sediakan di sana Lia mulai bisa kembali ke dirinya yang biasanya. Lia yang periang dan selalu asik saat di ajak bicara. Walau mungkin ini hanya sementara setidaknya bisa mengurangi sedikit kesedihan di hatinya.

Malam semakin larut, kami memutuskan untuk pulang. Di tengah perjalanan pulang Lia menceritakan masalahnya dengan sendirinya tanpa aku minta. Mungkin itu lebih baik dari pada aku yang harus bertanya padanya.

Ternyata, Lia putus dengan pacarnya yang dulu itu karena si cowo ketahuan selingkuh di belakangnya. Sekali dua kali Lia masih memaafkannya, tapi yang di lakukan cowo tersebut melakukannya lebih dari itu. Lia yang dulu sangat mencintainya pada akhirnya putus asa dan lelah dengan semua itu. Sakit di khianati berkali – kali, walaupun aku tak pernah merasak hal yang seperti itu tapi aku tahu ketika melihat tangisan Lia tadi.


***
Beberapa hari kemudian, Lia terlihat menjadi dirinya yang dulu sepenuhnya. Senyum indah yang selalu muncul dari wajah imutnya membuat aku lemah karena bahagia. Entah apa itu yang penting Lia sudah baik baik saja. Hari itu aku mengajaknya untuk keluar kesuatu tempat, camping… ya, tapi bukan camping biasa, kami mendaki gunung hingga sampai puncaknya dan mulai mendirikan tenda disitu. Bersama beberapa teman – teman ku dulu yang suka mendaki gunung, mungkin ini akan menjadi hal yang berbeda dari yang sebelum – sebelumnya dan ini pertama kalinya bagi Lia.

Kamipun sampai di puncak pas matahari terbenam, ini menjadi pengalaman tersendiri bagi ku walaupun sedah pernah melihatnya sebelumnya, tapi kini berbeda karena ada Lia disini.

“Wah… Indahnya… Keren Sob…” Kesan takjub dari Lia karena ini pertama kali buat dia. Sampai dia meneteskan air mata karena melihat keindahan dunia ini yang belum tentu bias di lihat oleh orang banyak. Melihat sunset di atas puncak gunung.

Hingga malampun tiba, cuaca pada hari ini sangatlah cerah sehingga kami bisa melihat banyak bintang di langit malam.”Indah kan?...” Tanyaku pada Lia. “Iya sob…” Jawab Lia dengan senyum manis di wajahnya.

“Lia… Boleh aku ngomong sesuatu?... Tapi kamu jangan tertawa ya…”…

“Yaelah sob ngomong aja kali…”…

“Yee… Serius nih…”…

“Iya iya Sob… Mau ngomong apa sih?...”…

“Begini Lia… Kamu tau begitu banyak bintang dilangit mala mini, tapi ku melihat satu yang paling bercahaya…”…

“Wah… Mana sob yang paling bercahaya?...” Cetus Lia penasaran.

“Em… Itu kamu Lia… Begitu banyak wanita cantik di dunia ini, hanya kamu yang aku cinta… Lia… Mau kah kamu menjadi pendamping hidup ku?...” Sambil duduk seperti pangeran yang sedang melamar sang putri.

Dimalam yang terang, di ketinggian yang tak biasa dan udara dingin serta gesekan antara ilalang yang tertiup angin terasa ada yang berbeda dari waktu sebelum - sebelumnya. Semua seakan menjadi sunyi senyap ketika aku mendengar jawaban Lia.

“Aku mau menjadi pendamping hidupmu Dhan…” Sambil meneteskan air mata haru kata – kata itu terucap. Sembari aku memasukkan cincin yang sudah aku persiapkan dari kemarin di jari manisnya. Lia memelukku erat, tapi yang ini berbeda lagi. Berbeda dari yang dulu disaat dia memelukku erat ketika dia bersedih, kali ini dia seakan tersenyum lebar dan bahagia dalam tangisnya.

Tak pernah terfikirkan olehku kalau Lia mau menerimaku, padahal kemarin – kemarin aku selalu berfikir pesimis Lia akan menolakku setelah apa yang terjadi dulu dengan mantanya. Aku sangat senang sampai tak bisa berkata kata lagi ketika Lia menerimaku.

Malam itu... di puncak itu, sang bulan dan bintang menjadi saksi penyatuan cinta antara dua insan manusia antara aku dan Lia. Takkan pernah kami lupakan, hingga nanti sampai ajal yang memisahkan kita.



Created By : Si Bocah Lali Omah (Ramadhani Azhari)

Hujan Yang Sedang Merindu




Hujan... Kenapa setiap engkau datang selalu ada kesdihan yang mengikuti, membawa diri ini kemasa dimana aku tidak ingin mengingatnya kembali. Sebenarnya, aku ingin mencoba untuk menghapus semua ingatan itu, tapi semakin aku ingin menghapus semua itu semakin kuat pula ingatan itu menempel dalam benakku.

Hujan... Walaupun kau terkadang membawa benih - benih kebahagian di setiap tetes airmu, namun semua itu seakan menjadi ilusi yang menyedihkan, karena secepat aku mengenangnya secepat itu pula kebahagiaan itu menghilang.




Hujan... Entah apa yang harus aku lakukan ketika engkau datang, dikala diri ini sedang sendirian. Mencoba untuk mengelak dari semua hal yang ingin kau tunjukkan padaku, seakan hati ini tak rela dan tak kuasa menahan semua itu. 

Air matapun seakan menjadi teman dalam sendiriku, dan hawa dingin yang selalu menyiksa kalbuku. Sampai kapan aku akan seperti itu saat kau datang menghampiriku. Entah... entah kapan itu dan apa yang harus aku lakukan ketika kau datang, tak bisa aku dan tak mampu aku berfikir sejernih air hujanmu yang selalu menerjang dalam setiap hidupku.

Hujan... dan Hujan... Mungkin ini takdir ku yang tak pernah bisa melupakan masa lalu. Mungkin ini teguran buat ku, yang hanya bisa mengingat masa lalu yang kelam nan mehyedihkan itu. Aku harap semua itu menjadikanku lebih kuat lagi untuk menghadapi dunia ini yang semakin aku tak mngerti.

Hujan... Tetaplah mengajari aku akan pentingnya masa lalu, agar aku tak lupa dengan apa yang telah terjadi di masa itu. Berharap tak sampai mengulang kembali masa itu dan menjadikannya hari esok lebih baik untuk aku dan orang - orang yang aku cintai lebih baik dan bahagia berada di sampingku.

Hujan...

Habis Gelap Terbitlah Terang Ala Gue


Hai... Ketemu lagi ma gue.Dah lama nih dah gak berkicau disini... Hm... Akhir - akhir ini banyak banget cobaan yang harus gue kelarin.Dari urusan keuangan sampai urusan yang lebih intim lagi... Eits... jangan berpikir jorok dulu...Ok.


Yang pertama, lo pernah kehilangan Hp gak? dimana Hp itu hanya satu - satunya yang lo milikin. Yang pernah ngerasain pasti tau apa yang gue rasain saat itu. Ketika Hp satu - satunya dan satu - satunya sumber internet gue hilang dengan selang waktu beberapa detik, yang lebih nyeseknya lagi, itu Hp kedua gue yang baru gue beli... Hm... Sakitnya tuh disini (Tunjuk pantat Hati...).

Sekali aja sih gak apa - apa, anggap aja lagi kurang beruntung atau apalah terserah lo pada.Tapi kalo dua kali? WTF Man... Jadi pengen lompat dari ketinggian tertinggi di dunia terus ngeluarin bola semangatnya Goku dan lenyaplah sudah dunia ini (Ngimpi...).

Parahnya lagi, gue jadi gak bisa internetan, man... Gelap man gak ada internet itu... Bagi gue internet itu segalanya bagi gue... (Lebay tingkat Dewa, Menurut lo?...). Akhirnya beberapa minggupun terlewati tanpa internet. Dunia ini emank gelap tanpa internet.Maklum anak kosan yah beginilah, anak kos pasti tau tapi jangan samakan anak kos yang ortunya orang kaya ye... Rasanya tuh beda jauh... Sakitnya tuh disini (Tunjuk pantat orang lain Hati...).

Tapi selama gue gak ada internet, untuk ada temen yang masih baik dan emank baik sih, Gak usah nyebutin merk yang penting ada itu anak Hihihi... Bersyukurlah masih ada temen yang baik kayak gitu (Harus dilestarikan, karena bnyak teman yang dari depan kelihatan baik tapi nusuk dari belakang... Sakitnya tuh di sini, nunjuk pantat Hati).

Tapi setelah semua itu berlalu alhamdulillah bnyak hikmah yang bisa gue petik, hingga petik mangga sampai petik nangka. Eh... Petik hal baik maksudnya, tau apa? pasti tau lah.

" Hidup itu tidak selalu berada diatas tapi terkadang berada di bawah, bahkan bawah sekali." 

Tapi percayalah Tuhan itu maha adil...

Pepatah mengatakan " Habis Gelap Terbitlah Terang. " R.A. Kartini. Ya mungkin bisa di bilang begitu.Tapi kalo gue jadi begini...

" Habis Musibah datanglah Hikmah."


Ya... Kuncinya sih tetep bersyukur aja, kayak gue inilah contohnya.Kenapa gue bisa bilang begitu? Mau tau?... OK... Pada akhirnya gue dapet Hp baru dan bahkan nambah modem wifi, yang dulunya gue gak punya jadi punya, Hp pun jadi lebih bagus. Hihihi... Jangan tanyakan gue dapet uang dari mana, itu dari Tuhan dilewatkan dari tangan - tangan yang bijaksana (Jangan Nethink ye... Dijamin uang yang gue dapet halal... Hihihi...).

Berkah /  Hikmah atas rasa syukur dan kesanaran yang gue jalani saat itu. OK... Mungkin itu dulu celotehan gue masalah dunia yang gelap gara - gara Hp gue hilang. Kalo lo gimana? Sharelah... See u...
Back To Top